Tuesday 6 November 2012

Muwaafaqat af’al bil aqwal

Muwaafaqat af’al bil aqwal (integritas)
Muwaafaqat = perbuatan
Af’al= perkataan (statement)
Aqwal = perbuatan (action)
(keselarasan yang baik antara perkataan/ucapan dan amal yang diperbuat)

Tarbiyat al-Aqwal is the tarbiyah of words.
Tarbiyat al-Af`al is the tarbiyah of action and is done by doing a big act.

In fact,,, Dakwah adalah Wajib, baik dengan lisan atau perbuatan.

Aqwal dan A’al didasarkan atas ilmu dari aqidah yang lurus. Perkataan dan perbuatan didasari oleh Al-Quran dan hadist.

“Hai orang – orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah SWT, bahwa kamu mengatakan apa – apa yang tidak kamu perbuat.”
(QS. As – Shaff : 2 – 3)

Ayat ini bukan mengancam orang yang berdakwah kepada sesuatu padahal ia belum mampu melakukannya. Mengajak orang lain kepada kebaikan adalah baik, terlepas dari sudah mampu atau belum. Kebaikan harus didakwahkan.

Ayat di atas mencela orang yang sengaja berbicara bahwa ia akan melakukan suatu kebaikan dan ia mampu, namun tidak melakukannya. Padahal tidak ada uzue. Ia hanya sekedar mengatakan kepada orang lain saja. Sikap demikian menjadi indikator kedustaannya, sedangkan dusta merupakan dosa besar dalam Islam.

Selagi lagi, di sini ana tidak bermaksud untuk menggurui, hanya ingin memberikan motivasi kepada diri sendiri dan kepada antum semua agar kita bisa menjadi makhluk yang lebih baik dari hari kemarin … ^_^
Kebenaran dan kejujuran atau shiddiq adalah hal paling mahal dalam Islam, kejujuran adalah landasan iman. Di antara ciri kejujuran adalah keserasian antara ucapan dengan yang ada di hati. Jujur, keserasian antara ucapan dan perbuatan. Orang yang mengatakan akan melakukan sesuatu tapi sengaja tidak melakukannya, dan tidak ada tekad melakukannya, maka ia telah berdusta kepada Allah SWT dan manusia.


Islam sangat menekankan penjagaan lisan. Kebanyakan orang tersungkur di neraka karena lisannya, dusta dalam berkata, tidak menepati janjinya. Kalau lisan seseorang tidak bisa dipercaya, apa lagi yang mendasarinya untuk dipercaya orang lain?

Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada iman kalau tidak ada amanah, dan tidak ada dien (agama) bagi orang yang tidak bisa dipegang janjinya.”
(HR. Ahmad)

Sudah banyak penderitaan kaum muslimin disebabkan orang – orang munafik yang banyak bicara, banyak berjanji, tapi tidak ada realisasinya. Maka Allah SWT sangat mencela mereka.

Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan (Al-Fuushilat :17)
Seorang dai pasti tahu bahwa Allah swt. telah menciptakan manusia untuk tunduk hanya kepada-Nya. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Al-Dzariyat: 56 ).
Ibadah hanya benar dilakukan bila didasari pengetahuan yang jelas. Pengetahuan yang jelas tidak akan terwujud kecuali mengacu kepad manhaj (pedoman) yang telah digariskan oleh Allah swt. yang telah mengutus para rasul dan nabi-Nya. Mereka, para rasul dan nabi adalah penyeru (du’at) yang menunjukan kepada kebenaran.
Demikianlah kesibukan mereka dalam rangka merealisasikan kehendak Allah yang telah manjadikan Adam a.s. sebagai khalifah di muka bumi, memutuskan perkara dengan ketetapan Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Baqarah: 30). Maka dari itu, tujuan Allah menciptakan manusia agar dirinya sibuk dengan perintah-Nya.
But Beware..ketidakselarasan perkataan dan perbuatan bisa menggolongkan kita pada orang2 munafik..

komikmuslimah.blogspot.com

Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai ciri-ciri orang munafik. Pada orang munafik minimal ada satu ciri, sedangkan munafik tulen memiliki ketiga-tiganya. 

Ketiga ciri tersebut adalah
1. Bila berbicara selalu bohong.
Orang seperti ini tidak bisa dipercayai dalam setiap perkataan yang diucapkannya. Bisa jadi apa yang dibicarakan tidak sesuai dengan hatinya.
2. Bila berjanji, tidak ditepati
Orang munafik sulit untuk dipercayai perkataan dan perbuatannya
3. Bila diberi kepercayaan selalu berkhianat.
Orang munafik sulit diberikan kepercayaan. Setiap kali kepercayaan yang diberikan tidak dapat dia jaga dengan baik.
Allah amat murka pada hambanya yang munafik (perkataan tidak sesuai dengan perbuatan)
”Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS As Shaff : 2-3).
Keselarasan yang baik antara perkataan/ucapan dan amal yang diperbuat berbuah kepercayaan dan keteladanan.
Keteladanan adalah cara berdakwah yang paling hemat karena tidak menguras enerji dengan mengobral kata-kata. Bahkan bahasa keteladanaan jauh lebih fasih dari bahasa perintah dan larangan sebagaimaana pepatah mengatakan: “Lisaanul hal afshahu min lisaaanil maqaaal”, bahasa kerja lebih fasih dari bahasa kata-kata. 



Dalam ungkapan lain keteladanan ibarat tonggak, dimana bayangan akan mengikuti secara alamiah sesuai dengan keaadaan tonggak tersebut, lurusnya, bengkoknya, miringnya, tegaknya. Benarlah pepatah ini: “Kaifa yastaqqimudzdzhillu wal ‘uudu a’waj”, bagaimana bayangan akan lurus bila tonggaknya bengkok.

Keteladanan Rasulullah saw (idola kittah).
Sebagai murabbi Rasulullah saw. selalu melakukan pendekatan komunikasi sebagaimana yang direkomendasikan Al-Qur’anm yaitu qaulan layyinan (Thaha: 44), qaulan maysuran (Al-Isra’: 28), qaulan ma’rufan (As-Sajdah: 32), qaulan balighan (An-Nisa’: 63), qaulan sadidan (An-Nisa’: 9), dan qaulan kariman (Al-Ahzab: 31).
Sebagai murabbi, Rasulullah saw. tidak pernah memojokkan mutarabbi dengan kata-kata, apalagi hal itu dilakukan di hadapan orang lain. Diriwayatkan oleh Abi Humaid Abdirrahman bin Sa’ad As-Sa’idy r.a., ia berkata, “Nabi saw. telah mengutus seseorang yang bernama Ibnu Lutbiyyah sebagai amil zakat. 

Setelah selesai dari tugasnya lalu ia menghadap Raasulullah saw. seraya berkata, ‘Ini hasil dari tugas saya, saya serahkan kepadamu. Dan yang ini hadiah pemberian orang untuk saya.” Lalu Rasulullah saw. segera naik ke atas mimbar. 

Setelah menyampaikan puja dan puji kehadirat Allah swt., beliau berkhutbah seraya berkata, “Sesungguhnya aku megutus seseorang di antara kalian sebagai amil zakat sebagaimaana yang telah diperintahkan oleh Allah swt. kepadaku, lalu ia datang dan berkata: ‘Ini untuk engkau dan yang ini hadiah untukku. Jika orang itu benar, mengapa dia tidak duduk saja di rumah bapak atau Ibunya sehingga hadiah tersebut datang kepadanya. Demi Allah, tidaklah mengambil seseorang sesuatu yang bukan haknya melainkan kelak dia bertemu dengan Allah swt. membawa barang yang bukan menjadi haknya.” Lalu Rasulullah saw. mengangkat kedua belah tangannya hingga tampak ketiaknya seraya berkata, “Ya Allah, telah aku sampaikan. Ya Allah, telah aku sampaikan. Ya Allah, telah aku sampaikan. ” (Bukhari dan Muslim)

Manfaat jika sukses membangun kepercayaan:
1. Jika bisa dipercaya maka kita akan banyak mendapat peluang dan kesempatan.
2. Memiliki banyak relasi atau network.
3. Mudah memperoleh mitra dan modal usaha.
4. Mendapat dukungan dan sinergi yang maksimal dari teamwork.
5. Mendorong keyakinan dan rasa percaya diri yang lebih positif.
6. Menerima respek dan penghargaan dari orang lain.




***
dari banyak sumber

1 comment:

  1. Jazakillah khair ukhti for the sharing :)

    ReplyDelete