Friday 29 January 2016

kulwapp 4# RPC

📝NOTULENSI KULWAPP 4
👪 "RAFFLESIA PARENTING COMMUNITY💞

👳PEMATERI : Ust. HARRY SANTOSA
👩MODERATOR : UTAMI SETYORINI
👧NOTULIS : EFRIANY SUSANTY
📑TEMA : Konsep Pendidikan Pra Aqil Baligh 0-7 tahun
⏰WAKTU : 20.00 s.d 23.00 WIB





👐PEMBUKA (OLEH MODERATOR)
Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, terima kasih dan selamat datang saya ucapkan kepada teman-teman yang sudah bergabung. Perkenalkan saya Utami Setyorini sebagai moderator dan ditemani Efriany Susanty sebagai notulen.
Malam ini narasumber kita adalah ustad Harry Santosa, penulis buku "Fitrah based Education"

Tema kita malam ini adalah :
♦Konsep Pendidikan Pra Aqil Baligh 0-7 tahun
Dibawah ini adalah tata tertib kajian:

Seperti biasa alur kajian kita malam ini seperti berikut:

1. Moderator memperkenalkn diri
2. Perkenalan singkat profile pemateri
3. Penyampaian materi 30-45 mnt
4. Tanya jawab (TJ)  dipandu moderator. Bagi penanya HARUS menaati *RULES TJ
5. Closing statement dari pemateri
6. Penutup oleh moderator

PENTING !!!
Selama Pemateri menyampaikan materi, KEEP SILENT dulu.h Hanya boleh berikan Emot secukupnya,.......tapi TAHAN dulu utk berikan PERTANYAAN dan TANGGAPAN

🚫Rules Tanya Jawab Kajian 🚫

1. Setiap 1 sesi TJ terdiri dari 3 penanya,

2. Format pertanyaan Nama_Pertanyaan

3. Setiap penanya maksimal 2 pertanyaan dan 1x feedback. Untuk feedback dijapri ke moderator

4. Format feedback japri ke moderator : NAMA isi feedback⁠⁠

📚 ISI (OLEH MODERATOR)

Subject Matter Expert (SME):
Ust. Harry Santosa
(Founder MLC sekaligus praktisi HE sejak 1994)
..............................................

Assalamu'alaikum.wr.wb

Ayah bunda para pendidik peradaban, apa kabar? Semoga selalu ithminan dan istiqomah, rileks
tenang dan konsisten dalam mendidik generasi peradaban.
salam takzim utk ayah bunda semua.

Ayah bunda, esensi pendidikan sejati adalah pendidikan berbasis fitrah. Tugas kita adalah
menemani anak2 kita menjaga fitrahnya, menyadari fitrahnya lalu membangkitkannya menjadi peran2 sesuai fitrah yg Allah kehendaki itu. Inilah esensi pendidikan berbasis potensi dan akhlak. Dengan fitrah Allah itulah, Allah menciptakan manusia. Tiada yg berubah dari ciptaan Allah swt. Fitrah itu setidaknya meliputi fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah perkembangan.

Topik malam ini adalah pendidikan utk usia 0-7 tahun, tentu saja pendidikan fitrah2 yg ada juga harus melihat fitrah perkembangan. Tiap tahap memiliki sunnatullahnya sendiri, memiliki cara dan tujuan mendidik yg khusus.

Pendidik sejati adalah seperti petani sejati. Pendidikan ibarat taman bukan pabrik atau perkebunan.
Para petani harus memahami tahapan menanam, dia mesti memperlakukan tiap anak2nya bagai bunga2 di taman, yg masing2 memiliki kekhasan, keunikan dan keindahannya masing2. Maka cara
memperlakukannyapun setiap bunga adalah khas, tidak bisa seragam. Petani sejati harus rileks dan
konsisten, dia tdk boleh bernafsu menggegas dan menyeragamkan demi produktifitas dan
kepentingan siapapun yg tdk relevan dgn tanamannya. Petani sejati tdk boleh sembarang memakai
bahan kimia yg menggegas pertumbuhan tanaman, yg malah merusak tanaman itu sendiri. Petani
sejati harus meyakini qodrat Allah swt thd segala sesuatu yg ada pada tanamannya dan yg ada disekitarnya.

Dasar panduan kita adalah jelas, bahwa tiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Tugas kita bukan merubahnya, merekayasanya, menuntutnya sesuai obsesi kita tetapi menemaninya. Imaji2 positif yg baik akan melahirkan persepsi positif, dan persepsi positif akan memunculkan
pensikapan yg baik ketika mereka dewasa kelak. Imaji2 negatif akan memunculkan luka persepsi,
dan luka persepsi akan melahirkan pensikapan yg buruk ketika mereka dewasa kelak.

Seorang pendidik yg arif mengatakan bhw kesan baik sehari saja ketika anak2, akan
menyelamatkan banyak hari ketika mereka dewasa kelak. Aqidah atau fitrah keimanan perlu dan
sebaiknya ditumbuhkan dengan pola2 seperti ini. Silahkan berkreasi.
Fitrah belajar juga demikian. Setiap anak yang lahir adalah pembelajar yang tangguh, para ilmuwan
menyebut bayi yg lahir adalah scientist. Itu krn Allah telah mengkaruniai fitrah belajar ini pd setiap
anak. Tidak ada bayi yg memutuskan utk merangkak seumur hidupnya, ketika mereka belajar
berjalan dan jatuh berkali-kali.

Fitrah keimanan pada usia 0-7 tahun, disadarkan dengan membangun imaji2 positif, inspirasi kisah,
bacaan bersastra baik, bahasa ibu yg sempurna, banyak bermain di alam terbuka. Rasulullah saw ketika kecil hidup di gurun, mendaki bukit, menggembala kambing, bertutur fasih dari bahasa ibu
yg murni, mengenal akhlak2 dan tradisi2 baik warga desa. Bagi anak-anak imaji2 positif penting,
karenanya melarang perbuatan keras yg merusak imaji2 ini. Rasulullah saw membiarkan Hasan dan Husein bermain kuda2an ketika beliau Sholat, membiarkan Aisyah kecil bermain boneka dan kain
bergambar dstnya. Ini semata2 untuk melahirkan imaji2 positif, atau kesan2 baik ttg Allah, ttg ibadah, ttg dirinya, ttg orangtua (yang sementara menjadi standar kebaikan dan keburukan sebelum mereka mengenal Rabbnya dan syariah-Nya), ttg alam, ttg masyarakatnya.

Tugas kita, para ortu sekali lagi, hanyalah menemani mereka, memberi semangat, menunjukkan
hal2 yg baik, memfasilitasi, lalu rileks dan konsisten, tenang dan istiqomah, shabar dan syukur.
Bunda Septi memberi tips utk membangkitkan kesadaran fitrah belajar ini dengan istilah intelectual
curiosity, dsbnya.

Penelitian2 modern menjelaskan bahwa anak2 akan bisa belajar mandiri hanya dengan diberi "jalan"
saja, tidak perlu dijejalkan, tidak perlu banyak formalitas yg bahkan mengekang kebebasan,
kemerdekaan memilih dan curiositynya. Ada ahli parenting yg bilang bhw anak2 kita lebih pandai
menjawab, daripada pandai bertanya.

...................................

Ayah bunda Semoga selalu ithminan dan istiqomah, rileks
tenang dan konsisten dalam mendidik generasi peradaban.
salam takzim utk ayah bunda semua.

Ayah bunda, esensi pendidikan sejati adalah pendidikan berbasis fitrah. Tugas kita adalah
menemani anak2 kita menjaga fitrahnya, menyadari fitrahnya lalu membangkitkannya menjadi peran2 sesuai fitrah yg Allah kehendaki itu. Inilah esensi pendidikan berbasis potensi dan akhlak. Dengan fitrah Allah itulah, Allah menciptakan manusia. Tiada yg berubah dari ciptaan Allah swt. Fitrah itu setidaknya meliputi fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah perkembangan.

Topik malam ini adalah pendidikan utk usia 0-7 tahun, tentu saja pendidikan fitrah2 yg ada juga harus melihat fitrah perkembangan. Tiap tahap memiliki sunnatullahnya sendiri, memiliki cara dan tujuan mendidik yg khusus.

Pendidik sejati adalah seperti petani sejati. Pendidikan ibarat taman bukan pabrik atau perkebunan.
Para petani harus memahami tahapan menanam, dia mesti memperlakukan tiap anak2nya bagai bunga2 di taman, yg masing2 memiliki kekhasan, keunikan dan keindahannya masing2. Maka cara
memperlakukannyapun setiap bunga adalah khas, tidak bisa seragam. Petani sejati harus rileks dan
konsisten, dia tdk boleh bernafsu menggegas dan menyeragamkan demi produktifitas dan
kepentingan siapapun yg tdk relevan dgn tanamannya. Petani sejati tdk boleh sembarang memakai
bahan kimia yg menggegas pertumbuhan tanaman, yg malah merusak tanaman itu sendiri. Petani
sejati harus meyakini qodrat Allah swt thd segala sesuatu yg ada pada tanamannya dan yg ada disekitarnya.

📑TANYA JAWAB
📖SESI 1
📝PERTANYAAN 1
👩Niar_Bengkulu
Pertanyaan sy seputar Fitrah keimanan. Bagaimana kita menjelaskan pada anak, saat ia mulai bertanya tentang Allah, Surga, Neraka????
📝JAWABAN 1
1⃣bunda Niar yang baik,
Bahasa pendidikan adalah bahasa dakwah, dan bahasa dakwah ada dua, yang pertama selalu positif dan yang kedua sesuai bahasa kaumnya, dalam hal ini sesuai jalan berfikir anak anak. Usia 0-7 tahun, anak sedang berada pada puncak abstraksi dan imajinasinya, alammbawah sadarnya masih terbuka lebar, bahkan masih terkoneksi dengan alam gaib, maka sesungguhnya menjelaskan Allah justru akan sangat mudah. Anak anak usia 0-7 tahun akan menerima jika kita mengatakan Allah ada di langit, Allah melihat kita tetapi tidak terlihat karena jauh, Allah yang membuat kucing, dlsbnya.
Menjelaskan aqidah bukan dengan cara formal menghafal rukun iman, bukan demikian tetapi dengan cara berkesan dengan menciptakan suasana sehingga dia cinta pada Allah, misalnya dari hal hal sederhana dengan wajah yg sumringah ketika adzan berkumandang, mengajak menatap langit dan menceritakan ada Allah yang bikin bintang bintang dan bulan dstnya. Hindari ayat ayat ancaman dan hal hal hukuman, karena usia di bawah 7 tahun belum punya tanggungjawab moral dan rentan trauma

📝PERTANYAAN 2
👩Rizha Agustina_
Assalamu'alaykum ustad, sy mau bertanya ttg kearifan lokal yg digegas msg2 pelaku HE, bagaimanakah cara melihat potensi yg ada pd suatu daerah, scr geografis letak daerah km tdk memiliki SDA ?
📝JAWABAN 2
2⃣ bunda Rizha yang baik,
Kearifan lokal adalah local wisdom terkait dengan kekayaan hikmah hikmah yang dimiliki sebuah daerah. Daerah gurun sahara sekalipun pasti punya kearifan. Kearifan ini biasanya nampak pada tradisi tradisi yang baik dalam keseharian, yaitu cara bersikap, cara merasa dan cara berfikir yang unik dan baik. Kekayaan kearifan lokal tidak mesti tergantung dengan ada atau tidaknya kekayaan SDA. ✅

📝PERTANYAAN 3
👩Euis_bekasi_dilingkungan saya semua anak usia 3 thn mulai masuk paud selanjutnya tk, dan ada yg masuk bimba dan sejenisnya... Lalu bagaimana dengan saya? Apa saya harus mengikuti pada umumnya? Klo tdk lalu apa yg hrs saya lakukan terhadap anak saya?
📝JAWABAN 3
3⃣bunda Euis yang baik,
Semoga bunda istiqomah ya. Biasanya kita suka panikan kalau liat anak tetangga sudah bisa ini dan itu. Bunda tenang saja, dan ketahuilah bahwa dalam mendidik anak tidak berlaku kaidah makin cepat makin baik, tetapi yang ada makin cepat digegas makin cepat layu. Anak anak yg digegas terlalu cepat pada sesuatu yg belum saatnya akan mengalami mental hectic bagi yg diajarkan kognitif spt calistung terlalu cepat, kerusakan otak kanan bagi yang dipaksa belajar formal, mental block atau bingung bahasa bagi yg diajarkan bahasa asing terlalu cepat sebelum bahasa ibunya utuh.
Untuk usia 0-7tahun, cukuplah kita konsisten pada 7 hal sebagaimana Rasululkah SAW alami dalam pendidikan usia dininya
1. Menguatkan kelekatan pada anak, sosok ayah dan ibu yg selalu hadir
2. Membangkitkan fitrah keimanan dengan keteladanan dan atmosfir cinta kebenaran dalam keseharian
3. Memfasihkan Bahasa Ibu sampai utuh, sehingga anak mampu berekspresi dengan jelas dan benar. Setidaknya 9000 kosakata.
4. Memuaskan sensomotorik, dengan banyak belajar di alam, menyentuh, meraba merasakan langsung dstnya. Ini terkait muscle memory, mengingat dan belajar sesuatu melalui gerakan
5. Melatih fisik, psikomotorik. Mendaki bukit, outbound disarankan
6. Membacakan kisah kisah kepahlawanan dengan bahasa berbobot. Dekatkan dengan kisah kisah hebat dalam alQuran, hindari kisah kisah yang menakutkan, belum saatnya.
7. Mengenalkan kearifan lokal dan adab


📖 SESI 2
📝PERTANYAAN 1
👩 Renny Evasary_Bengkulu. Pertanyaannya:
Assalaamu'alaikum wr wb.. Pertanyaannya : ustadz, bagaimana cara kita mengetahui bakat yang dimiliki pada anak di usia 0-7 tahun?
📝JAWABAN 1
3⃣bunda Renny Evasary yang baik,
Fitrah bakat baru bisa konsisten setidaknya di usia 10 tahun, sebelum usia 10 tahun kita hanya bisa memfasilitasi berbagai macam aktifitas yang disukai untuk kita amati dan catat. Buat buku dokumentasi portofolio yang mencatat semua aktifitss yg disukai, yg unik, yg diberi penghargaan dll). Kelak kita memerlukan catatan untuk memastikan apa sesungguhnya bakat anak kita ketika berusia 10 tahun. Dalam riset yang saya lakukan usia 10 adalah saat bakat sebaiknya sudah dikenali dengan baik dan mulai digembleng agar menjadi peran dan persiapan kemandirian di usia 15 tahun.
Jadi perlu dipahami bahwa bakat ada 2, yaitu bakat terkait keistimewaan fisik (suka menari, menyanyi, memasak, olahraga dll) dan bakat terkait keistimewaan sifat (suka mengatur, suka memimpin, suka bekerjasama, suka merawat, suka mendamaikan, suka berfikir, suka waspada, suka produksi dll). Yang pertama umumnya mudah dikenali dan yang  kedua lumayan sulit dikenali dan kadang memerlukan psikolog atau tools. ✅

📝PERTANYAAN 2
👩Reni Meivayana-Bengkulu
Berdasarkan pemaparan ustadz..Ustadz  menganalogikan pendidik sejati seperti petani sejati yg harus memiliki pemahaman di setiap tahap pertumbuhan tanamannya..pertanyaannya Bagaimana jika petani tersebut tak punya cukup bekal dan ilmu shgga tanamannya rusak.apakah kasus narkoba,kenakalan remaja dll adalah bentuk kegagalan dri petani itu ustadz?
silakan dijwab Ustad
Dan bagaimana kiatnya agar sukses menjadi petani sejati itu?

📝JAWABAN 2
4⃣ bunda Reni Meivayana yg baik,
Selalu menjadi statement pembenar bagi banyak orangtua utk tdk mendidik anak anaknya dengan mengatakan tidak punya cukup bekal ilmu.
Coba renungkan.
Yang pertama, apakah bunda dan teman2 mengira para guru guru dimana anak anak dititipi punya bekal ilmu mendidik yang cukup? Belum tentu juga. Umumnya bahkan PAUD berubah menjadi sekolah anak usia dini (SAUD) karena isinya bukan pendirikan tetapi pengajaran kognitif seperti calistung dll. Banyak guru PAUD yang bingung harus mengajar apa jika calistung dilarang.
Yang kedua, ketelatenan dan kasih sayang, seharusnya orangtua punya lebih banyak dari guru guru. Yang ketiga, mendidik bukan mengajar tetapi menemani dan mengamati, memfasilitasi kepada sumber2 pengetahuan, menginspirasi dan memberi idea menantang utk membangkitkan gairah fitrah belajar. Memfasilitasi beragam aktifitas utk membangkitkan fitrah bakat. Menemani dengan ridha dan cinta agar anak anak iita juga ridha dan cinta pada Tuhannya dan kebenaran. Petani yg baik bukankah hanya memfasilitasi, mengamati dstnya. Dilarang obsesi ngawur spt pohon cabe dipaksa berbuah tomat atau dilarang menggegas dengan air dan pupuk agar cepat berbuah, kejadiannya malah busuk dan mati.
Yang keempat, ketika seseorang dianugerahi anak, maka sesungguhnya Allah telah mengguyur dengan hikmah yg banyak, dan semakin hebat jika digunakan utk mendidik anak bukan menitip anak.
Yang kelima, setiap anak sudah dikaruniakan fitrah yg lurus. Maka mendidik anak menjadi shalih dan terpilih seharusnya jauh lebih mudah mendidik anak menjadi jahat dan sesat.
Maka banyak2lah melakukan tazkiyatunnafs, pensucian jiwa. Ketahuilah bahwa para petani adalah orang paling syukur, shabar dan pasrah sedunia, karenanya mereka banyak mendekat pada tuhannya.
Jadi bukan ilmu yang banyak, tetapi syukur yang banyak dan keyakinan yg penuh

📝PERTANYAAN 3
👦Aghus Taifur_Bengkulu
Assalamualaikum Ustad, saya mau bertanya tentang  pengaruh menyentuh dan meraba suatu benda diberikan kepada anak2, sebaiknya pada umur berapa antara 0-7? Bagaimana mengatasi anak2 yang tidak suka dengan benda2 yang lembek atau licin, apakah ada pengaruhnya nanti setelah beranjak remaja?

📝JAWABAN 3
5⃣Aghus Taifur yang baik,
Menyentuh dan meraba, justru harus di usia 0-7 tahun, bahkan bisa dimulai usia 8 bulan. Ini bagian dari perkembangan senso motoriknya. Upayakan real di alam ya, dengan catatan tdk membahayakan.
Perihal tidakmmaummenyentuh atau tdk suka dengan benda licin dan lembek, maka perlu dipahami bhw tiap anak unik, sepanjang bukan trauma tetapi bawaan lahir ya biarkan saja. Ada anak anak yang jijik thd ular atau sejenis belut dsbnya, jika itu memang bawaan lahir ya tidak apa2, kecuali karena trauma, maka harus disembuhkan krn mengganggu kejiwaan lainnya dan nanti sosialnya.  ✅

📝PERTANYAAN 4
1⃣Pertanyaan dari Bunda Unin:
Bagaimana anak2 yg sudah trlanjur bs bahasa asing bahkan hafal pnyebutan hurufnya krn sering nonton lagu2 bhs asing  walaupun lagu2 ttp islami

📝JAWABAN 4
6⃣bunda Unin yg baik,
Sepanjang tidak menunjukkan kesulitan berekspresi dan tidak bingung bahasa yang tdk masalah. Masalahnya adalah justru sulit mengetahui apakah seseorang gagal berekspresi dengan baik dan memiliki mental block. Ini karena tdk nampak ke permukaan, sampai muncul kejadian yg tdk diinginkan. Saya ambil contoh ekstrim, para istri yg gagal menyampaikan atau mengekspresikan perasaannya dengan tuntas pada suaminya krn berbagai alasan, umumnya mudah depresi sampai bunuh diri. Kasus ibu yang membunuh 4 anaknya di Bandung, adalah krn masalah ketidakmampuan mengekspresikan perasaannya. Dalam kesehariannya nampak biasa saja, ibu baik baik.
Maka perihal fitrah anak anak ini, mohon hati hati betul, namun juga jangan overprotective. Inilah kehebatan orangtua yaitu sensitifitas alamiah yg mampu menangkap kegalauan anak anaknya yg tdk dimiliki siapapun. Maka hadirlah secara utuh menemani anak anak kita menumbuhkan fitrahnya ✅

📑FEEDBACK 2
Ustad Harry, ada feed back dari Bunda Rizha di sesi pertama tadi.
Ustd bgmn caranya menggali potensi kearifan lokal, mohon penjelasan yg lebih mendalam ust .?

📑JAWABAN FEEDBACK 2
Ada banyak metodologi dalam ilmu sosial dan antropologi, tetapi intinya ya harus melebur dengan komunitas dan masyarakat yg ingin kita gali kearifannya, hidup dengan keseharian mereka, memilah mana tradisi baik dan mana tradisi buruk, karena kearifan selalu baik, tdk mungkin buruk.

📑FEEDBACK 3
Bunda Euis pada sesi pertama: Apa jadinya ketika anak saya usia masuk SD tdk seperti anak2 yg lain yg sudah bisa ini itu... Dan kadang dikeluhkan oleh pihak sekolah (Sd) sbg dampak saya tdk memasukan anak k paud atau tk. Trmksh

📑JAWABAN FEEDBACK 3
Bunda Euis yg baik,
Ini pasti masalah calistung kan? Kadang2 pendidikan di Indonesia, juga orangtuanya sangat suka pada capaian yg tampak, walaupun itu harus merusak fitrah anak anaknya sekalipun. Indonesia adalah negeri dengan tingkat membaca terendah di Asia. Anehnya dengan semakin banyak PAUD yg mengajarkan calistung malah membuat kemampuan matematika dan membaca malah anjlok.
Jadi bisa membaca belum tentu suka membaca, bisa berhitung belum tentu suka bernalar dan berlogika. Begitulah jika ingin menanam pohon lalu ingin cepat panen.
Jadi bunda tenang saja, sepanjang dirumah gairah bernalar da gairah suka bukunya menggebu gebu, maka kecakapan membaca dan berhitung tidaklah penting, anak kita justru akan bisa membaca dengan sendirinya. Anak anak saya satupun tdk ada yg belajar membaca, mereka hanya diinspirasikan utk suka buku, pada saatnya toh bisa membaca sendiri. Anak anak itu fitrahnya luarbiasa.
Mensyaratkan calistung utk masuk SD adalah ilegal. Ada edaran dari diknas. Bahkan saya dengar pelajaran calistung akan dihapus utk kelas 1 dan kelas 2. ✅

📚KESIMPULAN
Mendidik anak adalah keindahan tiada tara dalam kehidupan kita. Ingatlah selalu bahwa Raise your child, Raise Yourself. Jika kita ridha dalam mendidik  anak anak kita, maka anak anak kitapun akan menjadi generasi yang ridha kepada Allah SWT, dan Allah ridha pada mereka. Usia 0-7 tahun adalah tahapan terpenting dalam meletakkan dan membangkitkan fondasi fitrah keimanan dan memfasilitasi fitrah lainnya.

Mohon maaf jika ada kata yg tdk berkenan, saya undur diri, semoga bisa bertemu lagi pada kuliah selanjutnya. Jazakumullah khair. Tetap tenang dan rileks, yakin dan optimis, syukur dan berani. 🙏:)
Waswrwb

👐PENUTUP
terima kasih Ustad sudah memberikan ilmu, waktu, dan tenaga pada pertemuan malam ini

Bengkulu, 27 Januari 2016

Efriany susanty
(Notulis)

0 komentar:

Post a Comment