Wednesday 18 September 2013

Menjadi Ibu Kebanggaan Keluarga

Beberapa minggu terakhir ini..sibuk wara-wiri beberapa instansi buat nyelesai-in urusan sekolah..

mpe akhirnya ada yang negur, "ehh..tu perut makin buncit masih sibuk sana-sini.."

juga ada yg komentar, "kasian cewek tu klo jadi wanita berkarier..tu perut dah sgitu mestinya lebih banyak di rumah.."

*ihhh..apa salah perut coba?? >_<

 

Apakah mesti memilih, antara menjadi ibu rumah tangga saja atau menjadi ibu yang bekerja?



Jawabanya, tidak ada yang harus di pilih. Yang ada adalah membuat skala prioritas sebagai seorang ibu. Tidak ada yang salah menjadi ibu yang bekerja di luar dan yang hanya memilih tinggal di rumah. Yang membedakannya adalah menjadi ibu rumah tangga saja, berarti ia sedang bekerja di ranah domestik. Sedang ibu yang bekerja di luar berarti ia sedang bekerja di ranah publik.

Menjadi seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak menjalankan peran dan tugasnya dengan sungguh-sungguh, maka keluarganya tidak akan mencapai tujuan dengan baik. Menjadi Ibu yang bekerja di ranah publik tetapi tidak memikirkan ranah domestiknya, maka kelurganya juga akan tidak dapat mencapai tujuan dengan baik.

Untuk menjadi ibu yang kuat bekerja di ranah publik harus kuat dulu ranah domestiknya, kenapa? Karena keluarga dan anak adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan sampai kita menghadap kepada yang Kuasa. Kita bertanggung jawab memperkenalkan iman kepada anak, mengajarkan akhlak keada anak, mengajarkan adab kepada anak dan mengajarkan pendidikan yang lain kepada anak.

Jika seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak merasa bangga dengan apa yang telah diamnahkan kepadanya. Hasilnya, urusan memperkenalkan iman kepada anak juga tidak tersampaikan dengan benar, urusan mengajarkan akhlak dan adab kepada anak juga tidak akan terprogram dengan baik, dan tidak ada bedanya antara ibu yang bekerja di luar dengan ibu yang bekerja di rumah.

Seharusnya fokus kita sebagai seorang ibu adalah menguatkan ranah domestik kita, urusan rumah tangga dan keluarga kita agar ketika kita melangkah keluar ke ranah publik, keluarga tidak terabaikan atau berantakan. Karena keluarga dan anak adalah investasi yang paling berhaga dibandingkan dengan uang yang kita dapatkan di ruang publik.

Manakah yang lebih kita sukai, anak menahami pelajaran matematika tetapi tidak memiliki etika dan sopan santun? Manakah yang kita pilih, anak yang pintar secara akademik, tetapi tidak bisa memahami tujuan hidup mereka dengan baik? Urusan memahamkan iman, akhlak dan adab serta pendidikan non akademis di mulai dari rumah. Dan itu adalah tanggung jawab orang tua, khususnya ibu.

happy-muslim-family-cartoon

Sebuah keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik mesti melihat kondisi ranah domestiknya. Jika keadaan rumah “kacau”, maka ulang memanajemen waktu di ranah publik. Kurangi kegiatan di luar dan perbanyak memperbaiki ranah domestiknya. Seperti apa kekacauan yang sering terjadi pada keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik? Misalnya anak tidak mandiri mengurusi keperluan pribadi anak, atau anak tidak memiliki etika dan adab yang benar saat berkunjung atau dikunjungi.

Seperti itu juga seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi memiliki kekacauan yang sama. Maka harus sama-sama memperbaiki kondisi di dalam rumah kita. Banggalah menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Bagi ibu yang bekerja di luar atau yang bekerja di dalam, harus memiliki program yang jelas tentang pendidikan dan pengenalan iman, akhlak dan adab kepada anak. Serta bisa mengajarkan berbicara yang baik kepada anak atau anak bisa mempresentasikan keinginan dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain.
Sebuah Organisasi unik bernama Keluarga.

Sebuah keluarga terdiri atas Suami, Istri dan anak

Suami bertugas sebagai Leader atau pemimpin. Yang bertugas menetapkan tujuan sebuah keluarga

Istri bertugas sebagai navigator, atau yang menemukan cara untuk mencapai tujuan.

Seorang istri mesti benar-benar memahami tugas ini dengan baik, jangan sampai istri yang mengambil alih tugas suami dan suami mengambil alih tugas istri. Istri secara tidak sadar menjadi leader, apa-apa mesti lewat persetujuan istri. Atau istri ngeyel ketika di ingatkan atau dinasehati oleh suami.Atau para suami juga secara tidak sadar membebankan tanggung jawabnya sebagai suami ke pundak istri. Suami merasa keenakan istri turut sertan bertanggung jawab mencari nafkah. Sehingga urusan pendidikan anak, urusan pekerjaan rumah menjadi tidak jelas tanggung jawab siapa.

Kuatkan sinergi antara suami dan istri agar bisa mencapai tujuan dengan baik dan tepat. Seetiap keluarga harus memiliki tujuan hidup. Mau kemana di arahkan keluarga kita? Memberikan manfaat atau tidak bagi orang lain? Bagi kehidupan? Bagi Negara? Bagi agama? Caranya :

  1. Sama-sama jelaskan tujuan keluarga (samakan visi)

  2. Sama-sama mendiskusikan cara mencapai tujuan

  3. Melibatkan dan menempatkan setiap anggota pada perannya.


Jangan sampai kita menjadi keluarga yang “kesasar”. Artinya tidak mengetahui tujuan yang jelas antara suami dan istri. Tidak tahu kemana keluarga akn diarahkan.

Institut Ibu Profesional hadir dengan kurikulum yang bisa mengajarkan para wanita peranya sebagi ibu, istri dan manejer keluarga.

Di dalam Institut Ibu Profesional ada empat pokok kurikulum:

  1. Bunda sayang

  2. Bunda cekatan

  3. Bunda Produktif

  4. Bunda shalehah


Jdi tidak ada lagi alasan untuk tidak belajar memperbaiki diri, keluarga dan meningkatkan kualitas diri dan keluarga. Baik bagi ibu yang bekerja di luar dan bagi ibu yang hanya di rumah saja.

 

 

*asyiknya nemu justifikasi cerdas di www.ibuprofesional.com

**goyangjempolsenang

0 komentar:

Post a Comment